Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2020

Tentang 2020

Tahun ini, saya belajar banyak hal. Tentang diri saya, tentang orang lain, tentang kesabaran, dan tentang kehilangan. Tahun 2020 adalah tahun di mana seluruh rencana saya kacau berantakan. Banyak sekali rencana yang ingin saya laksanakan dengan teman-teman saya buyar begitu saja ketika bencana besar datang bagaikan mimpi buruk menjadi nyata. Tahun 2020 adalah tahun di mana saya menghargai semuanya. Saya menghargai tenaga medis yang berjuang di garis terdepan, mempertaruhkan nyawa, melaksanakan sumpah yang diucapkan sebagai dokter. Saya menghargai teman-teman saya yang merupakan salah satu sandaran, tempat saya bersandar ketika saya tidak tahu ke mana lagi saya harus mencari penopang. Saya menghargai kurir yang mau mengantarkan paket dan pesanan ke rumah. Saya menghargai orang tua saya yang berusaha mencukupi kebutuhan selama berada dalam lockdown. Saya menghargai guru-guru saya, yang masih berusaha memberikan ilmu meskipun berada di balik layar laptop. Saya juga menghargai orang asing ...

Sang Kucing Hitam

 Di bawah sorotan jingga lampu jalanan, Sang Kucing Hitam melangkah. Di bawah langit malam yang gelap, di mana awan amat keras kepala ingin menghalangi terlihatnya bulan dari Bumi, Sang Kucing Hitam berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Tubuhnya kadang menghilang tertelan gelapnya malam karena jarak antara lampu jalan satu dengan yang lain cukup lebar. Namun dia masih di sana, berjalan di sepanjang trotoar yang membentang di depan toko-toko yang telah tutup.        Kakinya terasa perih karena luka-setengah-sembuh yang ada di betisnya tersiram peluh selama ia berjalan. Tapi dia tidak mau berhenti. Ia ingin pergi sejauh-jauhnya dari tempat terkutuk itu.        Ia menggigit bibir bawahnya demi menahan perasaan perih yang makin menjadi-jadi di tubuh bagian bawahnya. Kalau begini terus lama-lama bibirnya juga akan berdarah.        Sang Kucing Hitam meringis. Punggungnya lecet karena cambukan, dan punggung yang sama itu memoh...

Rencana

Menghela napas, menyibak rambut hitamnya, laki-laki itu bersender pada dinding. Udara dingin mengepulkan udara yang dihelanya. Menjadi satu-satunya kepulan asap di sana, menegaskan kalau dia memang sendirian.           Badannya gemetar menahan sakit. memar-memar di tubuhnya serasa memerintahkannya untuk menyerah dan mati saja. Tapi mana mau dia melakukan itu. Dia masih belum membuktikan tubuhnya yang lagi-lagi menderita ini pantas untuk diselamatkan pada orang itu.           Baiklah, baiklah. Mungkin ini memang salahnya. Harusnya dia tidak pernah ikut campur dalam urusan itu. Tapi ayolah. Ia tidak akan memaafkan dirinya bila memang itu yang dia lakukan.           Badannya yang gemetar seakan mencari pertolongan. Tapi badan yang sama juga enggan bergerak. Kakinya mati rasa karena rasa sakit dan dinginnya udara. Tangannya mencakar dinding tembok. Menunjukkan keinginan untuk hidup.          ...