Menghela napas, menyibak rambut hitamnya, laki-laki itu bersender pada dinding. Udara dingin mengepulkan udara yang dihelanya. Menjadi satu-satunya kepulan asap di sana, menegaskan kalau dia memang sendirian.
Badannya gemetar menahan sakit. memar-memar di tubuhnya serasa memerintahkannya untuk menyerah dan mati saja. Tapi mana mau dia melakukan itu. Dia masih belum membuktikan tubuhnya yang lagi-lagi menderita ini pantas untuk diselamatkan pada orang itu.Baiklah, baiklah. Mungkin ini memang salahnya. Harusnya dia tidak pernah ikut campur dalam urusan itu. Tapi ayolah. Ia tidak akan memaafkan dirinya bila memang itu yang dia lakukan.
Badannya yang gemetar seakan mencari pertolongan. Tapi badan yang sama juga enggan bergerak. Kakinya mati rasa karena rasa sakit dan dinginnya udara. Tangannya mencakar dinding tembok. Menunjukkan keinginan untuk hidup.
Otaknya yang tidak ikutan beku menyugestikan pada seluruh anggota badan. Memikirkan apa pun supaya badannya itu dari kepala sampai tungkai kaki mau berjalan.
Dengar, rasanya mungkin sakit. mungkin rasanya ribuan jarum menusuk tubuhmu. Tapi mati membeku itu cara mati paling tidak menyenangkan. Mungkin tersedak makanan juga. Tapi setidaknya hal itu masih bisa dibilang lucu. Kalau mau mati, mati besok saja ketika makan ayam goreng!
Mati di tengah malam hanya ditemani lampu putih yang dipasang di gang rasanya seperti cara mati tunawisma. Setelah itu dia akan masuk berita. ‘Seorang Tunawisma Ditemukan Mati di Tengah Jalan’. Dan itu sama sekali tidak menyenangkan. Malu sekali dia kalaupun saat itu terjadi ia hanya tinggal arwah.
Bisa-bisa keluarganya yang dia tinggalkan itu ikutan melongok melihat jenazah si tunawisma. Amit-amit. Dia tidak mau ditemukan.
Ah.
Dia mendadak mau buang hajat.
GA LUCU GA LUCU GA LUCU WOEEE
Baiklah, ini sama sekali tidak lucu.
Tidak.
Dia tidak akan buang hajat di celana. Sialann.
Ada saat-saat dia membenci sistem pencernaan dan saat inilah saat itu! OH AYOLAH. Hal ini lebih buruk daripada saat ketika dia pergi ke restoran bersama teman-temannya dan dia mendadak buang gas. Keras sekali. Di restoran bintang lima. Setelah itu dia mengurung diri di toilet karena mencret parah. Ini menyebalkan.
Ia akan melakukan apa pun untuk kembali ke masa itu. Masa yang lebih tidak menyebalkan dari terpaksa buang hajat di celana. Dia tidak mau ditemukan mati di tengah jalan, dianggap tunawisma, dan dalam keadaan memiliki kotoran di celananya! OH TUHAN. MENGAPA KAU LAKUKAN INI PADAKU.
Mau tidak mau ia harus memaksa tubuhnya menuju toilet umum terdekat. Biarlah dia mati di toilet. Tapi kalau dipikir-pikir mati di toilet juga tidak menyenangkan. Mati mencium bau apek dan kotoranmu sendiri sangat amat menyebalkan. Apalagi kalau ternyata penjaga toiletnya marah-marah karena kamu keluar lama sekali. Padahal itu karena kamu sudah mati membusuk di dalam!
Kalau begitu dia harus bertahan hidup setidaknya sampai keluar dari toilet. Tunggu, bagaimana kalau dia mati ketika hendak membayar uang toilet? Lalu si penjaga toilet pikir dia pura-pura mati karena tidak mau bayar? Lalu dia ditendang dan dimaki? MENGAPA TAK SATUPUN DARI CARA MATI INI MENYENANGKAN?
Kalau begitu dia harus ke toilet, buang hajat, membayar uang toilet, lalu pergi ke rumah sakit. sehingga dia bisa mati dengan baik.
Hah? Apa? Itu rencana untuk mati yang menyusahkan?
Mengapa ia harus hidup seribet ini? Mana dia tahu! Tanya saja pada mereka para pendahulunya yang memutuskan untuk beternak padahal memburu hewan lebih mudah dan tidak merepotkan! Masa yang tadinya hanya perlu memberi makan diri sendiri sekarang malah harus memberi makan ratusan hewan ternak? Yang benar saja!
Sekarang, di mana dia harus mencari toilet?
…
OKE OKE. TOILET DIMANA? KENAPA DI DEKAT SINI TIDAK ADA TOILET? DIA SEKARAT DAN KEBELET BUANG HAJAT. BAIKLAH. MUNGKIN DIA TIDAK BENAR-BENAR SEKARAT KARENA DIA TERUS-TERUSAN MEMIKIRKAN SISTEM PENCERNAANNYA. TAPI AYOLAH. LUKA-LUKA INI SAKIT SEKALI.
Ah. Dia mau mati saja. Persetan dengan kotoran yang akan berada di celananya. Hidup ini merepotkan.
Dia menggeliat. Barang kali malaikat kematian akan menyadari keberadaannya di sana kalau dia setidaknya sedikit bergerak. Barang kali malaikat itu butuh bantuannya agar arwahnya yang sudah mau mati saja ini bisa dibawa pergi.
Beberapa lama dia menunggu, nampaknya si malaikat tidak kunjung muncul juga.
SIAL! Jadi sekarang dia mau mati saja diabaikan? Mengesalkan sekali!
Baiklah kalau begitu mau si malaikat.
Dia membangkitkan dirinya. Gemetaran namun ditenagai dendam pada si malaikat.
Ia tidak mau mati dalam keadaan memiliki kotoran menempel di pantatnya. Dan itu adalah keputusan yang akan dia ambil. Kalau dia mati, dia akan mati dalam keadaan yang lebih menyenangkan. Bukan di sini, bukan di toilet, bukan di tengah jalan, dan bukan pula di rumah sakit.
Dia akan hidup, dia akan hidup meskipun malaikat kematian memohon-mohon untuknya agar membiarkan nyawanya diambil olehnya. Dan akan dia tunjukkan pada orang itu kalau dia pantas untuk diselamatkan. Ia akan hidup sampai ia mendapatkan waktu yang tepat untuk meninggalkan dunia.
Lihat saja!
06.11.2019
Comments
Post a Comment