Skip to main content

Ternyata Bagian Warisku Lebih Sedikit dari yang Kukira

 Keponakanku baru saja mati.

Keponakanku yang konglomerat luar biasa itu, yang perusahaannya tersebar di seluruh penjuru dunia. Yang pelit luar biasa sampai tidak ada niat untuk berbagi sepeserpun uangnya yang berlimpah untuk membayar hutang judiku yang hanya sepeser dari jumlah gajinya per hari.

Keponakanku baru saja mati.

Keponakanku yang ketika mati wajahnya membiru itu, megap-megap dia mencoba mengambil napas. Matanya memerah dan mengeruh. Sarafnya mengedut seperti saraf sapi yang baru dikurban sesaat setelah dia minum racun yang aku siapkan dengan tanganku sendiri.

Huh! Salah sendiri dia pelit!

Dasar keponakan tidak tahu diuntung! Sudah bagus dulu saat kecil tidak kucekik hingga mati padahal hobinya menangis-nangis setiap waktu.

Polisi mulai menginvestigasi kematiannya yang tidak wajar itu. Tapi oh, biar saja. Seandainya aku masuk penjara pun, setidaknya aku masih kecipratan kekayaan warisannya itu.

Atau tadinya kupikir begitu.

“Mana ada dapat warisan. Kan dia punya anak laki-laki, mbak” kata seorang polisi dengan gelak tawa seraya memborgol tanganku.

Moral of the story?

Mungkin belajar tentang hukum waris terlebih dahulu sebelum membunuh seseorang?

Atau jangan membunuh orang dan jangan berhutang.

Bisa yang mana saja.

Yang jelas, setelah ini, aku terpaksa mendekam di penjara selama 10 tahun tanpa mendapat harta waris sedikitpun.


07.06.2022

Comments