Skip to main content

Resensi Buku Laut Bercerita

 


IDENTITAS BUKU

Judul               : Laut Bercerita

Penulis            : Leila S. Chudori

Penyunting      : Endah Sulwesi/Christina M Udiani

Penerbit          : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun terbit   : Cetakan 8, November 2019

Halaman         : x + 379 hlm

Dimensi          : 13,5cm x 20cm
 
ISBN               : 978 602 424 694 5

Harga               : Rp100.000,- (Pulau Jawa)


SINOPSIS

Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.

Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu Sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.

Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.

Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makam anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.

SEDIKIT CERITA

Saya membeli buku ini di Bulan Desember tahun 2019 di Gramedia Depok tanpa niat sedikit pun untuk membeli buku ini sebelumnya. Alasan mengapa saya akhirnya membeli buku ini adalah, saya merasa, masa sudah jauh-jauh ke Depok tapi malah tidak tahu mau beli apa (ha ha).

Akhirnya karena teman saya bilang buku ini direview bagus oleh penulis-penulis yang dia sukai, akhirnya bukunya saya beli. Padahal saya tidak pernah dengar perihal buku ini sebelumnya.

Dan ternyata bukunya memang bagus. Saya suka. Meskipun ketika mengingat buku ini yang paling berkesan oleh saya adalah kewalahan yang saya alami ketika membacanya. 


RESENSI

Buku ini dibagi dalam 2 bagian : Biru Laut dan Asmara Jati.

Bagian Biru Laut dimulai dengan Laut yang tenggelam dan mengisahkan pengalamannya dalam matinya. Bagian Biru Laut memiliki alur mundur, namun dengan dua alur yang bergantian di setiap babnya. Alur pertama menceritakan tentang kisah Laut sebagai seorang mahasiswa aktivis 98 dan bagaimana dia dan teman-temannya berkumpul, membuat strategi, dan berdiskusi. Pada alur kedua, diceritakan tentang penyekapan dan penyiksaan yang Laut rasakan sebelum ia  dibuang ke laut seperti yang sudah ditunjukkan di prolog.

Selanjutnya, pada bagian Asmara Jati digambarkan keputusasaan anggota keluarga, kekasih, dan teman dari para aktivis yang menghilang di tahun 1998 dan tak kunjung pulang. Bagian ini dikisahkan dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Biru Laut.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Buku ini mampu membuat pembaca turut merasakan kesedihan dan kehilangan yang dirasakan oleh para keluarga dan teman-teman korban yang hilang. Buku karangan Leila S. Chudori ini juga sukses mencampur adukkan perasaan pembaca dan menggambarkan situasi di zaman Orde Baru dengan baik dan menarik.

Kekurangan dari buku ini adalah, alurnya yang maju-mundur sehingga kadang-kadang membuat bingung kalau tidak dibaca dengan saksama. Topiknya juga sedikit berat sehingga beberapa paragraf harus dibaca beberapa kali.

Kekurangan lainnya (dan ini pendapat pribadi saya sendiri) adalah, sebagai buku dengan rating 15+, buku ini mengandung beberapa adegan yang membuat saya kurang nyaman dan saya rasa tidak perlu. Alhasil ada beberapa bagian dari buku Laut Bercerita yang saya 'sensor' demi kenyamanan pribadi saya di masa depan (atau mungkin sayanya yang tidak tahu batasan buku 15 tahun ke atas itu sampai mana).

^salah satu bagian yang saya tutupi dan
catatan dari teman saya yang meminjam bukunya

Meskipun begitu, buku Laut Bercerita saya rekomendasikan sebagai sebuah literatur untuk dibaca sekiranya Anda tertarik untuk melihat penggambaran situasi dan ketegangan di zaman Orde Baru.

Comments