Skip to main content

AF#01 - Lilac

 BUKU hitam yang selalu dibawa ayahnya memberikan tanda tanya tersendiri dalam benak sang gadis. Buku apa itu? Kenapa warnanya hitam? Kenapa dibawa ke mana-mana?

      Sampul buku itu terbuat dari kulit. Sang gadis pernah menyentuhnya sekali. Ia tidak suka teksturnya. Yuck. Apalagi aroma aneh yang menguar dari sampul itu. Seperti aroma tas yang dipajang di toko-toko. Juga seperti aroma sepatu hitam ayahnya.

      Tapi ayah sepertinya sayang sekali buku itu. Isinya apa ya? Apakah seperti buku cerita yang dibacakan ayah setiap mau tidur? Atau buku sekolah yang anak tetangga sebelah bilang menyebalkan untuk dibaca? Atau malah buku ajaib yang membawamu ke dunia lain seperti di dongeng!

          Apa ya? Apa isi bukunya?

      Dia pernah bertanya sekali pada sang ayah, tapi ayahnya hanya tersenyum dan mengusap rambutnya. Berkata, “Kamu tidak perlu tahu” dan menyimpan bukunya di atas meja. Kemudian mengajaknya bermain di taman.

         Ah sial! Ayah pintar sekali mengalihkan perhatian!

       Tentu saja dia tidak menyesal. Di taman banyak bunga putih kecil-kecil yang cantik. Berkumpul menjadi satu dalam satu tangkai kecil. Kontras dengan dahan dan daunnya yang hijau. Uhh indah sekali!

     Ayah pernah bilang nama bunganya. Tapi bodohnya dia lupa. Uh. Padahal dia ingin sekali mengatakan pada teman-temannya kalau dia pintar dan tahu nama-nama bunga!

         Hei hei. Dia kan ingin cerita tentang buku ayah. Kenapa malah jadi membicarakan bunga itu?

      Ih. Tapi bunganya indah sekali. Jauh lebih kecil dari genggamannya. Apalagi genggaman ayah. Kalau lebih besar saja, dia ingin membuat mahkota bunga dari bunga-bunga itu lalu memberikannya pada ayah.

      Tuh kan. Malah ngomongin yang lain lagi. Dia ingin cerita tentang buku ayah!

      Buku ayah teksturnya tidak mulus seperti tas-tas di toko. Buku ayah punya bekas aneh yang dalam. Seperti kakinya ketika jatuh di taman kemudian mengeluarkan darah. Apakah buku ayah mengeluarkan darah? Darahnya warna apa ya? Hitam? Tapi kata anak tetangga buku tidak bisa berdarah. Buku cerita yang dulu tak sengaja dia robek juga tidak ada darahnya.

      Tapi kan! Tapi kan! Kalau buku ini memang buku ajaib maka harusnya dia mengeluarkan darah!

      Dia harus tanyakan pada ayah!

      .

      Apa-apaan ayah ini. Ayah malah tertawa. Padahal kan dia serius.

      Kalau begitu ini bukan buku ajaib dong? Ah mengecewakan.

        Ih. Tapi kalau ini bukan buku ajaib mengapa ketika ia intip ada tulisan-tulisan dengan huruf misterius? Apa karena dia belum bisa membaca?

Setelah itu ayah bilang dia tidak boleh buka bukunya. Uhh tapi dia penasaran. Apa salahnya sih?

Ketika dia bilang pada anak-anak tetangga, mereka bilang dia harus menurut saja. Enak saja. Dia kan penasaran.

Kenapa sih, ayah main rahasia-rahasiaan segala. Sebel.

Sang gadis merengut. Dongkol sekali nampaknya.

“Orchid,”

“Hmh” sang gadis masih merengut, ngambek. Hanya menjawab singkat meskipun namanya disebut.

“Mau ke taman lagi?” Aih. Suara ayah selalu dingin.

“…?”

Eh? Kenapa nih?

“Teman-temanmu mengejekmu karena lupa nama bunganya kan? Mau lihat lagi?”

Sang gadis menatap mata ayahnya. Sepertinya lupa sedang sebal, “Mau! Mau!”

Sang ayah mengambil jaketnya yang tersampir di gantungan, “Kalau begitu ayo pergi”

Sang gadis melompat girang. Mengambil jaket yang disodorkan ayahnya.

Jaket ayah terbuat dari kulit. Dia tidak suka aromanya. Sama seperti dia tidak suka aroma tas di pusat perbelanjaan, sepatu hitam ayah, atau buku ayah yang selalu dia bawa ke mana-mana. Bahkan saat ini.

Tapi dia suka berada di sisi ayah. Dia suka ayah yang menggandeng tangannya. Dia suka ayah yang mengajaknya berjalan-jalan. Dia suka ayah yang mengajarinya banyak hal. Dia suka ayah yang membacakannya cerita. Intinya, dia suka ayah. Jadi aroma aneh yang menguar dari jaketnya bukan masalah.

Walau tentu saja, ayah salah saat berpikir dia kesal karena temannya itu. Tapi dia senang sekali bisa pergi. Mungkin dia akan curi-curi kesempatan lagi untuk melihat buku hitam ayah.

Tapi sekarang, dia ingin bermain bersama ayah!

Ohiya, nama bunganya Lilac! Dia tidak akan lupa lagi kali ini!




17.11.2019

Comments