Halo! Post ini saya buat karena saya rasa nama blog saya sama sekali tidak ada nyambung-nyambungnya dengan nama saya. Dan berhubung blog ini dibuat semata-mata untuk tugas sekolah, maka jadilah saya membuat postingan perkenalan agar saya tetap mendapat nilai (nyatanya pemilik blog hanya ingin gambar si rubah yang sedang menggembala domba-dombanya tetap ada di blog). Usai berkutat nyaris 12 jam karena ketidaktahuan yang amat sangat mengenai cara membuat blog dan mengatur segala tetek bengeknya, (yang mana kemudian saya berakhir dengan kesimpulan bahwa membuat blog itu adalah hal yang sangat ribet dan saya harus lebih menghargai orang-orang yang membuat blog) saya akhirnya angkat tangan dan membiarkannya menjadi seperti blog yang anda lihat sekarang ini. Mata saya lelah, kepala saya pusing, dan otak saya meneriakkan tugas-tugas yang masih mengantri dan belum tuntas. Ya sudahlah! Kalau begitu saya harus puas dengan ini, Nah, sekarang saya malah lupa berkenalan. Saya Rubah Beternak. S...
BRIME always likes stories. From modern to classic, from tragedy to lighthearted ones, Brime would have eaten all them up. But sometimes, like life, fictional stories just wouldn’t go in the direction we want. Sometimes it ends in a sad ending, and sometimes it ends in a direction where it doesn’t make any sense from a character’s personality perspective. It’s… unsatisfying. So that’s how Brime got into writing. Disappointment after disappointment, one agony after another, Brime finally decided to pick up a pen and started writing his own version of the story. The couple doesn’t get together even if it’s obvious that they should have gotten together? Fixed. Characters haven’t gotten enough agony even though it would be more entertaining if they have? Fixed. This character acted like an asshole as a father in the sequel even though in the original story it was obvious he was going to be a great father? Say no more. Brime loves writing a story. It gives him the freedom that he rarely eve...